Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

iklan

Iklan

Indeks Berita

Bocah Angon Investigasi ke Belitung Terkait Isu Tambang Timah Ilegal

Senin, 15 Juli 2024 | 09:36 WIB Last Updated 2024-07-15T02:37:52Z
Foto : Syarifuddin yang biasa dipanggil kang Salim  
   salah satu dari Tim Investigasi PW FRN


Editor : Tri Wahyudi, RealitaNews.co.id_
Senin, 15 Juli 2024.


BABEL - Bukan rahasia umum lagi kalau Pulau Belitung merupakan daerah penghasil timah di Indonesia, sehingga banyak perusahaan tambang beroperasi, namun ironisnya ada beberapa yang beroperasi secara ilegal, isu tersebut  membuat Bocah Angon turun gunung melakukan investigasi ke Kabupaten Belitung Provinsi Babel. Senin (15/07/24).


Bocah Angon adalah Grup aktivis pemerhati lingkungan, juga merupakan wartawan yang tergabung di Persatuan Wartawan Fast Respon Nusantara (PW FRN).


Syarifuddin yang biasa dipanggil kang Salim  salah satu dari Tim Investigasi PW FRN,  yang juga merupakan Pendiri Bocah Angon, dengan tegas mengatakan kepada awak media terkait isu tambang timah di Pulau Belitung mengatakan," Hasil investigasi kami beberapa hari di Pulau Belitung, terkait isu tambang ilegal yang beroperasi, perlu pengawasan dari Pemerintah pusat dan Daerah, untuk meminimalisir kemungkinan beroperasinya tambang tambang timah ilegal, agar potensi sumber daya alam yang ada dapat dikelola dengan baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah untuk pembangunan dan kesejahteraan Kabupaten Belitung khususnya", jelas kang Salim.


Hal serupa dikatakan Imron R Sadewo, Ketua Bocah Angon memberikan komentar terkait persoalan isu tersebut, pentingnya pengawasan  dari Pemerintah Pusat dan Daerah, agar sumber daya alam yang ada di Pulau Belitung dikelola dengan benar, dan meminimalisir beroperasinya tambang tambang timah ilegal", tegas Imron R Sadewo kepada wartawan.


Dirinya juga menambahkan," Pengawasan  dari Pemerintah sangat dibutuhkan terkait isu tambang timah ilegal di Pulau Belitung ini, dan hasil Investigasi ini akan kami laporkan ke Ketum PW FRN", tutupnya.


(Red/Agi)